Saturday, October 15, 2016

Berpetualang ke Surganya Semeru



EVERY NEW FRIEND 
IS A NEW ADVENTURE....
....THE START OF MORE MEMORIES.
-Patrick Lindsay-

Yup, setelah berteman kurang lebih selama 3 tahun, akhirnya saya, Yuli dan Mas Arip bisa liburan bareng. Dan, yang menyenangkan liburan kali ini ke Ranu Kumbolo, tempat yang ingin saya kunjungi sejak 2 tahun lalu. Yaaaay!!!. Awal perjalanan ini bermula dari status facebook saya. Iseng karena ngeliat timeline seorang teman yang pergi berlibur ke Ranu Kumbolo, akhirnya saya nulis status di facebook yang berbunyi begini "Mau ke Ranu Kumbolo". Dan status yang awalnya cuma iseng, ditanggapi serius sama mas Arip yang komentar, "Yuk din, 17an di Ranu Kumbolo". Dan, terciptalah perjalanan yang menyenangkan dan menggelikan. Ditambah Yuli yang akhirnya ikut karena sudah mendapatkan lampu hijau dari suaminya. Tadinya mau pergi berempat sama si Sultoni, cuma dia habis sakit, nggak jadi deh (padahal udah beli tiket kereta, huhu)


Pertama yang perlu dipersiapkan adalah tiket kereta. Dari bulan Juni kita sudah hunting tiket ke stasiun Malang, tapi bodohnya kita cuma booking tiket perginya aja. Pulangnya nggak ngebooking alasannya si Mas Arip mau liat dulu pulangnya (sambil timbul tanda tanya dalam hati), tapi ya nurut aja, namanya pergi sama-sama ya mesti sepakat. Mas Arip pun sudah menghubungi tempat pendaftaran pendakian gunung Semeru, cuma disuruh hubungi bulan Juli, yoweslah kita santai-santai aja dulu sampai nunggu bulan Juli.

Nah, karena terlalu santai jadi kebablasan, baru inget pas pertengahan  bulan Juli belum daftar pendakian ke Semeru. Saya langsung ingetin mas Arip harus daftar. Dan tau nggak pas kita buka website pendaftarannya, kuotanya tinggal 7. Alamak, cepet amat yak. Udah gitu pas daftar, error terus datanya nggak bisa ke submit :(. Akhirnya setelah beberapa jam baru bisa, tapi anehnya data saya nggak ada gitu. Sediiiih, tapi yaudahlah biarin aja.

14 Agustus 2014
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Yaaay, akhirnya berangkat juga ke Ranu Kumbolo. Tapi ada problem karena bawaan saya nggak muat di daypack yang suka saya pakai, alhasil minjam cariernya Ito. Karena pernah baca novelnya 5cm, jadi kepikiran bawa baju banyak. Di novelnya kan dibilang kalau Semeru dingin banget, para tokohnya pakai baju berlapis sampai 7 baju. Makanya saya bawa 2 jaket dan 3 baju sweater, karena emang saya nggak kuat dingin. Sangking nggak kuat dingin saya sampai cerita sama Mas Budi temen kantor beberapa hari sebelum berangkat ke Semeru, dia bilang begini, "Ada mitos biar nggak merasa kedinginan, minum sumber air yang pertama kali dilihat di tempat itu, tiga teguk aja. Dulu gw pernah gitu, dan nggak kedinginan". Dan langsung kepikiran nanti pas sampai Ranu Kumbolo mau minum airnya tiga teguk biar nggak kedinginan hehehe. Selain itu tas penuh banget sama logistik, jadi kita bertiga itu udah siapin menu dari sarapan samapai makan sore, gaya bener padahal lagi kemping tapi masih sempet aja mikirin makanan enak. Sampai si Anca, temen kantor yang liat logistik di tas saya bilang, "Enak sih lo nggak bakal kelaparan di gunung, sampai bawa cheesestick segala di gunung".



Okay balik lagi ke cerita, saya dan Mas Arip janjian di kantor. Perjalanan kereta kami pukul 15.00 WIB, tapi bagi saya yang rumahnya jauh banget di Bekasi lebih enak nunggu di kantor bareng Mas Arip, sedangkan Yuli langsung menuju TKP alias Stasiun Pasar Senen. Setelah makan siang dan sholat Dzhur akhirnya saya dan mas Arip berangkat naik taksi ke Stasiun Pasar Senen. Belum juga nyampe ke Semeru, penyakit teledor saya udah kumat. Makanan cemilan buat di kereta ketinggalan di Pos Satpam kantor, apes banget deh. Akhirnya tanggung jawab deh gantiin cemilan hasil uang patungan itu. Gak apalah :)

Tempat meeting point kita (gaya bener kayak panitia ngetrip) di Alfa Mart Stasiun Senen, lesehan dibawah sambil senderan carrier, nunggu Yuli yang belum datang. Stasiun Ps. Senen udah banyak selewiran cowok-cowok bawa carier, seneng deh liat cowok bawa carier, keliatan seksi banget hahahaha. Ternyata banyak yang ingin menghabiskan 17 Agustusnya di gunung ya, entah itu ritual keharusan bagi mereka pencinta alam atau apalah, tapi yang jelas apapun itu mereka pasti cinta banget sama Indonesia, terutama alamnya.

Akhirnya Yuli datang juga diantar dengan suaminya. Seperti biasa kita bercanda-canda cengengesan hahaha dan foto-foto pastinya. Dan akhirnya, ngantri masuk kereta.



Ada yang bilang kalau sahabat itu selalu melakukan hal bodoh bersama-sama. Dan kebodohan kita pun bermulai dari butanya membaca nomer kursi dan gerbong kereta. Dengan pedenya kita masuk di sebuah gerbong dan duduk manis. Di depan kita ada dua cowok, akhirnya bersedia tempat duduknya ditukar karena kita pengen duduk bertiga hadap-hadapan. Udah anteng-anteng duduk dan foto-foto ngeluarin tongsis, nggak taunya salah tempat duduk. Duaaaaar! Pindah gerbong deeeeeh.





Tapi setiap kejadian pasti punya makna. Karena akhirnya kami bertiga 'berjodoh' dengan tiga lelaki di belakang tempat duduk kami. Yup, mereka adalah Marco, Tegar dan Iman. Awalnya si Yuli yang denger kalau mereka bertiga ngomongin upacara, terus saya bilang sama Mas Arip kalau yang duduk di belakang kita kayaknya juga mau ke Semeru. "Kenalan ya mas besok." ucap saya ke Mas Arip.

Perjalanan di kereta penuh gelak tawa, banyak cerita dan banyak ketawa. Senang aja rasanya, walaupun badan kayaknya udah bau apek karena belum mandi hehe. Tapi ada yang beda dari kereta ekonomi sekarang, dulu pas ke Bromo kereta ekonomi masih panas. Sangking takut kepanasan lagi, si Yuli sampai bawa kipas tangan. Namun, kereta ekonomi sekarang udah beda, dingin deh karena satu gerbong terdiri dari 6 AC. Kita pun kedinginan dan pakai jaket. Karena kelelahan kami pun terlelap tidur di tengah digininnya gerbong kereta.



15 Agustus 2014
Pagi, masih di gerbong kereta dan kedinginan. Nguleeeet, karena pegel juga tidur dalam kondisi duduk. Mata sepertinya masih sepet karena tidurnya sebentar pules sebentar kebangun. Tapi yang paling menyenangkan adalah liat pemandangan melalui kaca gerbong kereta pemandangan desa dan pematangan sawah. Namun, ada asem juga sih, kalau kata kami bertiga, "Rusak semua khayalan gw", maksudnya yaitu pemandangan yang tidak mengenakan. Pertama, Mas Arip lihat pemandangan nenek nggak pake beha. Kedua, Yuli lihat kakek buang hajat sembarangan di sawah. Dan yang ketiga, saya liat seorang bapak lagi buang hajat di selokan :(. "Rusak semua khayalan-khayalan kita" :'(

Dan, akhirnya sekitar jam 7 lewat, kita sampai di Stasiun Malang, kebelet pipis tapi toiletnya lagi direnovasi jadinya ngantri banget, jadi nahan pipis deh karena keburu nyarter angkot duluan dari stasiun Malang ke Pasar Tumpang, Alhamdulillah ketemu Mas baik dan dibayarin sewa angkotnya. Oh iya, ada cerita yang kelewat. Waktu pagi-pagi di kereta, mas Arip udah kenalan sama Iman, Marco dan Tegar. Jadi dari stasiun Malang kita udah sama-sama berangkat bareng. Jadilah kita kayak 5cm, Cowok 4, Ceweknya 2. Dan, kebutulan di 5cm ada yang namanya Dinda juga tokohnya haha (Dimirip-miripin)




Lanjut cerita, di pasar Tumpang kita istirahat dulu sambil nunggu para lelaki sholat Jumat. Saya dan Yuli makan Soto Orem di depan Pasar Tumpang, enak banget dan murah banget.


Terus Saya dan Yuli ke toilet pasar Tumpang, pengen BAB dong ya, karena saya nggak mau nanti di gunung BAB, jadi puas-puasin mumpung masih di sini, tapi apa daya nggak keluar pemirsa :(. Malah si Yuli yang berhasil huhu.

Baiklah, karena hari semakin siang dan yang sholat Jum'at sudah selesai, petualangan pun harus segera berlanjut. Dari pasar tumpang, kita nyarter angkot sampai pos yang ada jeepnya. Nah, kita Ranu Pane naik Jeep nih. Ceritanya mau begaya foto-foto di Jeep sama Mas Arip dan Yuli, tapi gagal narsis karena badan udah remuk diapit sekitar 15 orang. Yup, satu Jeep itu isinya 15 orang, alhasil udah kayak kereta pagi yang penuh sesak.


Perjalanan ke Ranu Pane naik Jeep cukup jauh juga ternyata, dengan jalan yang meliuk-liuk namun disuguhi pemandangan yang menyenangkan. Nggak sempet foto pemandangan karena keluarin hp aja susah karena sangking berdesak-desakan.

Dan, akhirnya kami pun sampai ke Ranu Pane. Lalu, kita bergegas daftar, ternyata bisa juga daftar langsung dan nggak mesti lewat online. Setelah daftar, kita dibriefing sebentar sama panitia di sana, dan dikasih surat jalan gitu deh.




Pukul 17.00 WIB, kami siap mendaki. Kabut perlahan mulai turun dan udara dingin sudah menusuk tulang. Kupluk, sarung tangan, jaket dan headlamp sudah dipersiapkan. Sebelum mendaki, setiap grup mendapkan kantong kresek hitam untuk sampah (Jangan nyampah di gunung ya...)


Belum ada seperempat jalan, saya udah ngos-ngosan. Ketauan banget jarang olahraga, jadi susah ngatur napas. Maklum, ini pengalaman pertama kali saya naik gunung. Beruntung Iman ngajakin break buat nyeduh mie. Fiuh dapat tambahan napas deh, ngaso bentar :). Karena saya nggak boleh makan mie jadinya cuma makan coklat dan apel aja.





Perjalanan pun dilanjutkan lagi, baru tau kalau SOP anak gunung setiap ketiap ketemu selalu bilang, "Semangat kak!". Sumpah norak banget dan baru tahu, ternyata solidaritas anak gunung itu tinggi juga ya. Nah, berbicara mengenai solidaritas anak gunung, Marco yang udah liat Yuli dan saya kesusahan bawa carier nawarin buat bawain carier saya. Wah, senangnya. Berhubung tasnya Yuli sudah dibawa Mas Arip, jadi Yuli cuma bawa daypacknya Marco yang isinya logistik dan saya bawa dua tas selempang. Satu punya saya, satunya lagi punya marco yang isinya peralatan pribadi dan obat-obatan. Terbilang ringan sih, namun tetap saja kepayahan.

Langit pun mulai gelap dan makin banyak rombongan yang lewat. Ternyata banyak yang nanjak malam hari. Jangan tanya berapa banyaknya, yang jelas banyak banget, maklum saja kalau 17 Agustus banyak banget yang nanjak. Mulai dari yang udah expert sampai amatiran kayak saya ini. 
Udara sudah dingin banget, menurut informasi sebelum nanjak, suhu mencapai antara -7 atau -8. Ditambah kabut yang turun membawa hujan. Tapi kaki ini terus melangkah menembus pekatnya malam. Sudah tak terhitung berapa kali istirahat, dan tak terhitung pula berapa kali kaki saya tersandung walaupun tidak terjatuh (Alhamdulillah). Namun, anehnya saya nggak ngerasa haus dan lapar, yang terasa cuma capek aja dan napas yang tergopoh-gopoh karena cuaca yang dingin. 

Banyak banget perempuan yang saya denger udah bilang nggak kuat dan bahkan ada yang hipotermia. Sebenarnya, kalau dalam hati udah ngerasa nggak kuat namun hal itu tak terucap, karena nggak enak sama teman-teman yang lain. Langsung teringat pula dengan omongan cowok yang tidak saya kenal pas di Jeep, "Apa sih yang lo cari di sini?" Kalau dipikir-pikir ada benarnya juga, ngapain capek-capek harus jalan jauh begini naik dan turun gini, dan mungkin saya sudah berkhayal kala itu tentang empuknya kasur di rumah.

Kaki mungkin tidak terasa pegal, tapi tangan seperti sudah kelu karena kedinginan. Saya jarang ngomong pas saat mendaki, sampai mas Arip bilang, "Dinda jangan tidur yaa, jangan bengong". Tapi saat itu saya kelelahan, yang buat saya terhibur cuma hamparan bintang di langit. Dan, ketika saya lelah saya nggak boleh bilang ke teman-teman tim dan nggak boleh nangis hahaha, harus kuat apapun yang terjadi. Pokoknya, harus sampai Ranu Kumbolo.

Sudah berkali-kali teman setim bilang bahwa Ranu Kumbolo sebentar lagi. Namun, sebentarnya di gunung ternyata lama banget. Dalam hati berucap kapan nyampenya. Hujan pun juga semakin deras, sudah nggak peduli pakai raincoat. Yang jelas semuanya sudah basah dan tangan semakin kelu. Hidung juga sudah meler akibat kedinginan. Malam semakin menunjukkan wajahnya.

Lalu, sampailah kami di Pos 3. Di pos 3 kami sudah kelelahan, terutama mas Arip dan Marco yang bawa dua carier. Mas Arip bilang kita harus berpisah, yang bawa tenda harus duluan. Jadilah, kita terpecah menjadi dua tim. Mas Arip dan Iman duluan jalannya karena bawa tenda. Saya, Yuli, Marco dan Tegar belakangannya jalannya. Marco bilang jangan istirahat lagi ya, karena kalau istirahat terus-terusan bakalan drop badannya.

Entah kenapa, pas ditinggal mas Arip, saya dan Yuli jadi lebih semangat ya. Karena mau nggak mau ya harus sampai, kan tendanya di Mas Arip. Si Yuli sekarang bawa cariernya sendiri, karena mas Arip sudah kelelahan dan ingin jalan cepet. Saya akhirnya bawa tambahan tas daypack punya Marco. Kita jalan terus tanpa henti, istirahat pun cuma hanya sekadar berhenti jalan beberapa detik dan tidak ngaso seperti yang sudah-sudah. Ada cerita lucu juga, si Yuli sangking semangatnya atau karena apa jalannya jadi super cepet banget. Nah, saya sempat kepisah sama Yuli. Tegar dan Marco masih di belakang, belum keliatan batang hidungnya. Akhirnya saya kebingungan celingak-celinguk, sampai ditegur sama anak-anak mahasiswa UIN, 

"Mbak, kenapa mbak?"
 Dengan polosnya saya menjawab, "Temen saya ke mana ya?". 
"Lah, emang dari tadi nggak sama temennya? Yaudah bareng aja nanti juga ketemu di Ranu Kumbolo"

Akhirnya saya bareng dengan romobongan anak UIN, Anak-anaknya asyik-asyik, ajak ngobrol dan bercanda jadinya nggak terlalu berasa perjalannya. Akhirnya nemu Yuli juga diujung jalan. Kesian dia sendirian nungguin saya. Tegar dan Marco masih di belakang banget. Sepanjang jalan ngobrol-ngobrol sama anak UIN sembari mereka mengingatkan ke saya dan Yuli agar tangan kami terus digerakkan supaya nggak kena hipotermia, dan akhirnya sampai juga di Ranu Kumbolo. Liat hamparan tenda dan lampu-lampu kecil senangnya. Namun masih ada tantangan lagi nih menuju Ranu Kumbolo, yaitu harus turun di jalan 45 derajat. Curam banget. Dan, di depan saya cuma Yuli, dan dibelakang ajaibnya ada Marco dan Tegar. Yaaay, nyampenya bareng. Nah, berhubung turunannya curam banget Yuli dan saya hati-hati banget sampai ada yang teriak dibelakang, "Woy, cepetan dong. Berat nih bawa carier." Saya dan Yuli sih diem aja, tapi dibelakang saya ada yang jawab, "Sabaaar, ceweek nih"

Lagi serius hati-hati turunan, tiba-tiba ada suara Mas Arip teriak,

"Dindaaaaaaaa, Ranu Kumbolo!!!"
Langsung aja nyahut, "Mas Arip, yang manaaa??? (Maklum karena gelap, jadi mukanya mas Arip nggak keliatan)
"Yang inii (kedip2in lampu senter)"
"Okaaaay Maaaaaas"

Alhamdulillah dengan mengucap rasa syukur akhirnya nyampe juga di Ranu Kumbolo. Berterima kasih banget sama Allah karena nggak sampai hipotermia dan sehat sampai sini. Makasih juga sama rekan setim, terutama sama Marco yang sudah bawain carier sampai Ranu Kumbolo. Yang jelas, saya berhutang budi dengan Marco dan tak akan terbalas dengan apapun. Makasih ya Marco, saya nggak akan lupa kebaikan kamu :).

Sesampainya di tenda langsung ganti baju dan olesin minyak kayu putih dan akhirnya saya pun tertidur lelap karena waktu pun sudah menunjukan pukul jam 12 lewat.

16 Agustus 2014
Pagi di Ranu Kumbolo apa rasanyaaa? Dingiiiiiiiiiiiiiinnnn!!!! Dan ternyata dua sahabat saya, Yuli dan Mas Arip nggak bisa tidur dan ngedumel katanya saya tidur pules banget hahahhaa. Mereka mengira saya minum 3 teguk air Ranu Kumbolo pas sampai kemarin malam hahaha ada-ada aja ya, padahal emang dasar tukang tidur sih.


Mereka nggak bisa tidur karena dingin banget dan ribet menghangatkan diri sampai masak mie dan sebagainya, tapi saya nggak denger loh suara mereka (dasar keboo hahahaa).

Dinginnya memang dingin banget sih sampai ada batu es di tenda kita. Paginya saya pun kebelet pipis, pas keluar tenda Brrrrrrrrr!!! nggak kuat, pipis sebentar terus masuk lagi. Baru sekitar jam 7an berani keluar tenda dengan keluarnya uap dari mulut kita masing-masing kayak lagi di luar negeri gitu deeeh.




Sarapan kita pagi ini adalah bubur kacang ijo. Cheefnya siapa lagi kalau bukan cheef Yuli hehe. Enak deh jadi saya tinggal makan aja hahaha. Lumayan juga makan bubur kacang Ijo di gunung. 

Jam 9, Marco, Tegar dan Iman berangkat menuju Mahameru. Jadinya kita berpisah, sedih deh kayak udah kenal lama aja sama mereka. Sambil menyemangati mereka semoga sukses sampai puncak, kita pun berfoto ria. Seruuuuuu :)



Ternyata tinggal hanya beberapa tenda doang alias cuma 3 tenda yang tinggal di Ranu Kumbolo walaupun sorenya banyak yang datang lagi. 

Siangnya, kita masak sarden dan ini mungkin yang buat saya jadi buang hajat di gunung hahaha. Akhirnya hal yang saya takutkan terjadi, mau nggak mau saya harus gali tanah buat BAB. Legaaaaa! Ternyata begini ya rasanya buang hajat di gunung. Pengalaman yang unik sepanjang hidup saya.

Oh iya, yang enak saat ngecamp di Ranu itu adalah airnya yang bisa langsung di minum. Segeeeer banget deh rasanya.

Sorenya sebelum matahari tenggelam, kita foto-foto lagi. Setelah itu masuk kandang alias tenda, karena pasti bakalan dingin malamnya. Ini terbukti kita cuma berani ngintip bintang sebentaran doang terus masuk lagi di tenda.





17 Agustus 2014
Dirgahayu Republik Indonesia ke-69.


Ini pertama kalinya bagi saya merayakan HUT RI di gunung, alhamdulillah merasakan juga. Walaupun nggak ikut upacara karena lokasi upacara di Ranu Kumbolo ada di dekat Tanjakan Cinta, dan lumayan jauh juga sih dari tempat kami ngecamp. Secara kita juga ngejar waktu karena kita akan ke Semarang dengan naik kereta pukul 17.00 WIB.


Pagi-pagi setelah sarapan sosis dan nugget, kami pun beres-beres. Lagi asyik beres-beres, eh perut mules, jadilah BAB lagi kali ini dua periode. Betah banget ya saya di Semeru, sampai tiga kali buang hajat hahahaha. Mana difoto lagi sama si Yuli dan Mas Arip. Iseng deh mereeekaaaa. Huhuhu.

Selesai beres-beres jam setengah 10, sempet hopeless karena porter yang dinanti tak kunjung tiba namun akhirnya muncul juga di detik-detik terkahir. Setelah ditawar akhirnya fix, 300ribu dengan dua carier. Akhirnya pulangnya lenggang. Karena targetnya kita maksimal harus sampai Ranu Pane jam 13.00 WIB supaya nggak ketinggalan kereta.

Dan, lagi-lagi saya kecapekan tapi nggak kedinginan kayak nanjak sih. Tapi karena nggak boleh sering istirahat, perjalanan lumayan cepet. Di tengah perjalanan, kami juga kekurangan air huhu menyesal nggak bawa banyak air.





Akhirnya sampai juga di pos 2. Di pos 2 ini surga dunia banget. Gimana nggak surga, ada yang jualan air pas lagi haus banget dan semangka yang seger banget. Kita istirahat sebentar buat mencicipi semangka.


Perjalanan pun berlanjut, dan akhirnya sampai juga kami di Ranu Pane pada 12.00 WIB. Sebelumnya kita setor sampah dulu di Bank Sampah Semeru, setelah itu kembali ke tempat pendaftaran bahwa kami sudah pulang.


Senang rasanya, impian saya benar menjadi kenyataan. Apalagi terwujud ditemani dengan dua sahabat terbaik saya. Terima kasih sebesar-besarnya kepada Mas Arip dan Yuli. You made my dream complete :)

A GOOD FRIEND LISTENS
TO YOUR ADVENTURE
A BEST FRIEND
MAKES THEM WITH YOU



Ranu Kumbolo, 16-17 Agustus 2014

No comments:

Post a Comment