Saturday, March 17, 2018

2018: New Life's Begin



2018 kini sudah berjalan tiga bulan. Bagi saya tahun ini seperti babak baru bagi hidup saya, yang mana saya sudah menikah dan kini sedang menanti buah cinta lahir ke dunia.

Berbicara mengenai resolusi di tahun 2018, saya selalu menulis harapan-harapan saya seperti tahun sebelumnya, tak peduli apakah harapan tersebut akan terwujud atau justru Allah terganti dengan harapan lainnya. Untuk tahun 2017, resolusi saya cuma ingin menikah dan akhirnya terwujud. Alhamdulillah, Allah Maha Mendengar segala doa saya.

Harapan yang paling saya inginkan pada tahun ini adalah agar persalinan saya dapat berjalan lancar dan anak saya terlahir sehat.

Selain itu, saya ingin di tahun 2018 kursus jahit saya selesai dan kemampuan saya dalam menjahit pun semakin meningkat.

Satu lagi harapan saya adalah agar keluarga saya bisa terus hidup rukun. Di tahun ini saya juga ingin sekali cita-cita saya menjadi pebisnis terwujud dengan omset yang saya inginkan hingga nantinya bisa membahagiakan keluarga saya dan dapat membantu orang lain lebih banyak lagi.  Karena sebaik-baiknya manusia adalah yang berguna bagi sesamanya.


Bismillah untuk tahun 2018 J

Monday, October 24, 2016

Berkunjung ke Istana Kasepuhan, Cirebon

Bepergian ke Cirebon, tak lengkap rasanya jika tidak berkunjung Keraton Kasepuhan. Keraton Kasepuhan dapat dibilang masih sangat terawat keberadannya.

Ketika datang ke Keraton Kasepuhan, para guide siap menemani para wisatawan untuk berkeliling ke seluruh area keraton.

Tepatnya pada Agustus 2015 silam, saya berkunjung ke Keraton Kasapuhan Cirebon. Di dalam keraton ini, terdapat banyak benda-benda pustaka yang bernilai sejarah tinggi.

Dua buah patung macan putih sebagai lambang keluarga besar Pajajaran pun berdiri kokoh di halaman utama Keraton Kasupuhan.

Dan, di dalam Keraton ini juga terdapat beberapa lukisan dan kereta singa Barong yang merupakan kereta kencana Sunan Gunung Jati.

Kesan saya pada saat berkunjung ke tempat ini adalah, areanya yang luas dan arsitektur yang menarik. Makanya banyak wisatawan yang berfoto-foto di sudut-sudut area keraton.

Saat saya berkunjung ke sana, ramai dengan para wisatawan yang berkunjung. Seperti yang saya bilang, kalau ke Cirebon, ya wajib mampir ke Keraton Kasepuhan.

Wednesday, October 19, 2016

Gunung Pancar, Si Instagramable

Gunung Pancar ini lagi hits banget di instagram atau biasa disebut dengan instagramable. Buat saya yang suka banget sama alam, Gunung Pancar ini menjadi alternatif  untuk mengobati kerinduan akan alam. Walaupun memang nggak perlu perjuangan untuk sampai ke tempat ini. Mobil pun bisa langsung parkir di area Gunung Pancar. Walaupun tiket masuknya lumayan mahal menurut saya.


Lokasi Gunung Pancar berada di Sentul, Kabupaten Bogor. Dekat juga dengan The Jungle.


Saya tidak terlalu lama berada di sini, karena keburu gerimis. Saran saya sih kalau ke sini kalau nggak musim hujan ya, jadi kalian bisa piknik di sini. Udara di sini sejuk banget karena memang banyak ditumbuhi pohon-pohon pinus. Selain itu Anda juga bisa berendam di pemandian air panas. Awal rencana saya juga ingin piknik di sini, karena udah niat bawa makanan dan matras, tapi apa boleh buat cuaca kurang mendukung kala itu.



Setahu saya juga dibuka camping ground di sini, jadi Anda juga bisa ngecamp di sini. Selain itu, Gunung Pancar juga suka dijadikan tempat foto pre wedding lho. 

Kalau teman saya yang berdomisili di daerah Sentul, mereka suka sepedahan di Gunung Pancar. Dan betul sekali, ketika saya ke sana banyak juga orang yang gowes ke sana.

Tapi minusnya tempat ini, karena banyak dikunjungi orang, kebersihannya jadi kurang terjaga. Banyak sampah yang berserakan. Sedih ya, padahal kalau kita berkunjung ke wisata alam sudah seharusnya menjaga lingkungannya. Kalaupun bawa makan dan tidak ada tempat sampah, lebih baik sampahnya disimpan di tas sampai nanti ketemu tempat sampah untuk dibuang. Dan, satu lagi minusnya adalah terlalu banyak bayar parkir. Saya sampai dua kali bayar parkir, katanya beda lahan.

Semoga Gunung Pancar tetap terjaga kelestariannya. Dan, saya berharap semoga para pengunjung pun bisa turut menjaga kelestarian dan kebersihan tempat ini. 


Kiluan, Negeri Lumba-lumba


Saya selalu excited ketika mendengar nama Kiluan. Dari awal hobi traveling, Kiluan memang menjadi salah satu tujuan utama saya. Namun sayang, beberapa kali merencanakan namun tidak pernah terlaksana. Baru sekitar Agustus 2015, saya berhasil menginjakan kaki di Teluk Kiluan.
Saya penasaran banget dengan Teluk Kiluan. Banyak yang bilang Teluk Kiluan memiliki pesona bawah laut yang indah. Dan, pengalaman paling seru adalah melihat lumba-lumba di laut lepas. Wah, menarik sekali kan.

Untuk sampai ke Teluk Kiluan dari Pelabuhan Bakauheni memakan waktu yang cukup lama. Kurang lebih sekitar 4-6 jam, itu termasuk waktu istirahat di jalan ya.

Setibanya di Teluk Kiluan, kami langsung ke cottage. Cottagenya bagus sekali, terbuat dari rotan bambu dan dibawahnya adalah air laut. Cottage ini pun sangat nyaman, dan kami pun bisa berfoto ria di sini, sambil menyaksikan matahari terbenam.

Selain snorkling, aktivitas lain yang paling saya tunggu adalah hunting lumba-lumba. Kami berangkat pukul 5 pagi, dengan menaiki jukung (perahu kecil). Isi jukung hanya empat orang saja.
Dengan udara pagi yang masih dingin dan deru ombak kami pun berlayar ke laut lepas. Ada perasaan waswas karena perahu yang kami tumpangi memang kecil sekali, saya jadi teringat film Life of Pie kala itu. Namun saya harus lawan rasa takut saya demi melihat lumba-lumba.

Lama sekali perjalanan kami ke tengah laut, belum ada juga lumba-lumba yang nampak. Setelah agak lama menunggu lumbu-lumba pun beriringan di sebelah perahu kami. Sangking senengnya saya langsung histeris teriak, “Itu lumba-lumbanya”.

Maklum, inilah pertama kalinya saya melihat lumba-lumba di laut lepas secara langsung. Biasanya kan hanya di tempat pertunjukan sirkus saja . Tapi ini, saya benar-benar melihat mereka ‘menari’ di habitat asli mereka.


Pengalaman ini akan terus saya kenang. Karena nggak semua orang bisa melihat secara langsung di Teluk Kiluan. Teman-teman saya bercerita, waktu ke Kiluan dia tidak bisa menjumpai lumba-lumba. Beruntungnya saya.

Situ Patenggang dan Mitos Batu Cinta

Buat saya liburan Situ Patenggang merupakan liburan yang tidak direncanakan dan hanya menemani mama yang sedang perpisahan pengajiannya. Ya mumpung saat itu libur dan nggak ada kerjaan juga makanya pergi liburan ke sana.

Situ Patenggang terletak di Ciwidey, Bandung Selatan. Untuk menuju tempat ini, pengunjung akan disuguhi terasering kebun teh yang menakjubkan.

Suhu di kawasan Situ Patenggang lumayan dingin, karena letaknya yang berada di 1600 meter di atas permukaan laut. Di objek wisata ini, selain melihat danau, kalian juga bisa menyebrangi danau tersebut ke tempat batu cinta.

Ya, Situ Patenggang sangat terkenal dengan Batu Cinta. Konon, Batu Cinta merupakan tempat pertemuan antara Putra Prabu dan Putri  titisan bernama  Dewi  Rengganis yang saling mencintai.  Dan sang Dewi Rengganis pun minta dibuatkan danau.

Terdapat mitos pula di tempat ini, bagi pasangan yang sempat singgah di Batu Cinta ini, dipercaya bahwa cinta mereka akan abadi. Hmm, bener nggak ya?

Yang pasti, tempat ini sejuk banget. Ditambah dengan nuansa alam yang indah membuat saya lumayan betah di tempat ini. Anda juga bisa berburu oleh-oleh khas Bandung di sini. Banyak juga lho menjual buah strawberry di tempat ini.


Tak jauh dari Situ Patenggang, ada pula obyek wisata Kawah Putih, jadi bisa sekalian mampir. 

Anak Gunung Krakatau, Pesona Gunung dan Bahari

Perjalanan saya ke Anak Gunung Krakatau pada Mei 2015 silam, mengakhiri masa hiatus traveling saya. Bersama sahabat saya, Cory Cecilia, untuk pertama kalinya saya menyebrang ke Lampung. Naik  kapal Ferry ini untung-untungan, kadang dapat kapal yang bagus tapi adapula kapal yang jelek dan menurut saya kurang layak untuk ditumpangi.

Pelabuhan Merak – Pelabuhan Bakauheni

Kami nyebrang pukul 01.00WIB dari Pelabuhan Merak  ke Pelabuhan Bakauheni. Waktu tempuh dari Merak Bakauheni sekitar 3 jam. Nasib kurang beruntung dialami saya dan teman-teman saya karena harus menaiki kapal ferry yang kurang layak. Penumpang saat itu penuh sesak, dan kami pun tidak dapat tempat duduk. Alhasil, kami pun akhirnya duduk di musholla. Karena di dalam kabin penumpang sudah sangat penuh.
Sesampainya di pelabuhan Bakauheni sekitar pukul 4 dini hari. Karena saya pergi dengan konsep backpacker, untuk menuju Dermaga Canti di Lampung Selatan, saya dan teman-teman saya mencharter angkot. Perjalanan dari Pelabuhan Bakauheni ke Dermaga Canti sekitar 2 jam.

Dermaga Canti
Sampainya di DermagaCanti saya langsung sarapan sambil kenalan dengan teman-teman satu rombongan.
Dari pelabuhan canti ini, nantinya saya dan teman-teman kan pergi ke pulau sebuku kecil untuk snorkling dan pulau sebesi untuk menginap di sana.

Snorkling dan Mendaki Anak Gunung Krakatau

Pesona bawah laut di pulau-pulau sekitar Gunung Krakatau cukup bagus. Namun sayang, saya tidak terlalu banyak snorkling karena alat snorkling yang bocor dan ombak yang cukup besar. Tetapi satu hal yang saya kagumi bahwa pulau-pulau di Lampung bagus sekali. Pasir yang putih sangat memanjakan mata para wisatawan.
Pengalaman yang berkesan ketika hiking ke Anak Gunung Krakatau. Saya dan teman-teman harus berangkat jam 3 pagi untuk menyebrangi lautan untuk menuju lokasi  Anak Gunung Krakatau. Perjalanan yang ditempuh mungkin sekitar 2 jam.
Saya sarankan bagi Anda yang ingin menanjak Anak Gunung Krakatau harus memakai sepatu gunung, karena teksturnya berpasir. Walaupun  tingginya hanya 230 meter diatas permukaan laut, pendakian cukup sulit karena Anda baru melangkah lima langkah tapi harus turun tiga langkah karena landasan yang  berpasir.
Ketika sampai di atas Anak Gunung Krakatau, saya pun bisa melihat hamparan laut yang luas dan pulau-pulau kecil. Matahari pun terbit di antara pulau-pulau kecil tersebut, menambah keindahan alam di Anak Gunung Krakatau.
Sekilas mengenai sejarah Anak Gunung Krakatau, Anak Gunung Krakatau ini terbentuk pada tahun 1927 atau sekitar 40 tahun setelah meletusnya Gunung Krakatau.  Saat ini, Anak  Gunung Krakatau merupakan gunung aktif.

Meskipun masih tergolong gunung yang aktif,  pontensi wisata di kawasan Anak Gunung Krakatau sangatlah besar. Bukan hanya pengunjung lokal saja, tetapi banyak pula turis asing yang penasaran akan keindahan Anak Gunung Krakatau. 

Sunday, October 16, 2016

Islam, Nasionalis dan Orang Arab


 Nemu artikel bagus. Silakan dibaca sebagai bahan renungan.


Oleh: KH. Abdurrahman Wahid


Peter Mansfield, dalam bukunya History of the Middle East, menyatakan bahwa Islam memang sejak kelahirannya tidak mengemukakan konsep tentang sebuah negara. Namun, seluruh bangunan hukum, tradisi dan ajaran-ajaran Islam bertumpu pada kekuasaan negara untuk mengatur kehidupan individu menurut garis-garis yang jelas. Mereka harus kawin berdasarkan aturan-aturan tertentu, membagi waris juga menurut aturan-aturan tertentu. Mereka harus taat pada pimpinan, seluruhnya merupakan acuan kenegaraan. Tidak heranlah, jika kaum muslimin banyak yang berpendapat, bahwa Negara Islam itu harus didirikan oleh mereka.


Pendapat ini ingin memberlakukan sebuah institusi tertentu dan mempertahankannya, seperti para pengikut gerakan yang ingin mempertahankan wangsa/ kerajaan ‘Utsmaniyyah (Ottoman Empire), seperti Shakib Arslan. Ia adalah seorang pemimpin suku Druz di Lebanon pada permulaan abad yang yang lalu, yang menjadi anggota parlemen wangsa tersebut. Dalam disertasi yang ditulis William L. Cleveland, ia tidak bisa dianggap menjadi pengikut anggota gerakan Nasionalisme Arab. Menurut buku Mansfield, Jamaluddin al-Afghani, Moh. Rasyid Ridha dan Abdurrahman al-Kawakibi, keharusan mendirikan Negara Islam memang ada, tetapi tidak oleh dinasti tersebut di atas. M. Rasyid Ridha dan al-Kawakibi umpamanya, menganggap Negara Islam itu haruslah didirikan dan dipimpin oleh orang Arab. Padahal dinasti Ottoman adalah bangsa Turki, karenanya tidak layak dan tidak sah khalifah (yang harus menjadi pemimpin) sebuah Negara Islam, dipegang oleh wangsa tersebut.


Sementara Mohammad Abduh dan sebagainya, tidak pernah mementingkan adanya Negara Islam, karena mereka tidak beranggapan bahwa ajaran Islam terkait dengan sebuah konsep kenegaraan. Mereka sudah puas, jika kaum muslimin melaksanakan prinsip-prinsip Islam dalam kehidupan sehari-hari. Di sini, pandangan Abduh itu sebenarnya sama dengan pendapat gerakan-gerakan Islam seperti NU, PSII/SI dan Muhammadiyah.


Dalam dua kutub yang bertentangan itu, berbagai macam pandangan yang mengajukan claim mewakili Islam berkembang dengan subur selama satu setengah abad terakhir ini. Diantaranya, adalah pandangan Imam Ruhollah Khomeini, yang mengajukan konsep Wilayat-i-faqih (pemerintahan para ahli hukum agama). Dalam tata negara Iran sekarang, kaum ulama diwakili oleh Khubrigan (Dewan Pakar) yang berjumlah delapan puluh orang, dan memiliki kekuasaan membatalkan keputusan Presiden maupun parlemen (Majelis), jika dianggap bertentangan dengan ajaran agama. Dewasa ini, terjadi pertentangan yang tajam, karena Khubrigan melarang ratusan orang untuk turut serta menjadi caleg (calon legislative) dalam pemilu yang akan datang. Ini dianggap oleh banyak kalangan, termasuk mahasiswa sebagai pelanggaran konstitusi, karena melampaui wewenang pembatalan/ anulasi tersebut di atas. Sangatlah menarik untuk mengikuti perkembangan yang terjadi di Iran itu, karena bagaimanapun juga akan menyangkut perkembangan Islam di seluruh dunia.


Di Indonesia, keadaannya sedikit berbeda dari pada di negeri-negeri Arab. Memang pandangan berbagai pihak tentang harus ada sebuah Negara Islam, boleh dikata menjadi pandangan mereka yang menganggap diri sebagai “golongan Islam”, namun pendapat berbeda justru datang dari kelompok yang dianggap “golongan nasionalis”. Jika “golongan nasionalis” di Indonesia tersebut telah melalui “politisasi” makna, hingga merasa tidak layak disebut “golongan Islam”, maka di kawasan Timur Tengah bahkan sebaliknya. “Golongan Nasionalis” menganggap nasionalisme Arab justru diisi oleh nilai-nilai Islam yang merasuki kehidupan masyarakat. Bahkan Michelle Aflaq, seorang kristen Syiria dan pendiri gerakan Ba’ath, sebuah gerakan nasionalis arab yang antara lain diwakili oleh tokoh-tokoh seperti Saddam Husein, menyatakan bahwa nasionalisme Arab menganggap Islam sebagai salah satu unsur-unsurnya. Sebaliknya di Indonesia, paling jauh kaum nasionalis berpikir bahwa orang harus berpandangan nasionalistik, namun tetap beragama.